BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Anak
merupakan anugerah yang terindah diberikan Tuhan kepada setiap orang tua. Sebagai
titipan, anak harus dijaga dan dirawat dengan sebaik mungkin oleh orang tua. Anak
juga tempat bagi orang tua berbagi kebahagiaan dalam kehidupan ini serta tempat
curahan perhatian dan kasih sayang. Selain itu, anak juga tempat bagi orang tua
melepaskan lelahnya setelah seharian bekerja.
Setiap
anak yang dititipkan Tuhan kepada orang tua memiliki kelebihan dan kekurangan.
Artinya, anak yang dititipkan itu tidak selamanya memiliki kesempurnaan baik
dari segi fisik maupun mental. Banyak anak yang dilahirkan dalam kondisi tidak
normal atau prematur. Ketidaknormalan itu dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya faktor keturunan atau kondisi fisik sang ibu saat
mengandung. Karena itu setiap orang tua bertanggung jawab atas pertumbuhan dan
perkembangan anaknya.
Pertumbuhan
dan perkembangan anak harus diperhatikan sejak dini agar anak dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Perkembangan anak akan membantu kemampuannya dalam
berbahasa. Semakin baik perkembangan anak maka kemampuan berbahasanya juga akan
baik.
Kemampuan
berbahasa setiap anak itu berbeda-beda, ada yang mampu berbahasa dengan
sempurna dalam artian mampu berbahasa sesuai dengan kaidah kebahasaan seperti
struktur bahasa, intonasi, dan konteks. Ada juga anak yang tidak mampu
berbahasa secara sempurna atau mengalami gangguan berbahasa. Chaer (2003:148)
menyatakan bahwa secara umum terdapat dua penyebab gangguan berbahasa. Pertama gangguan akibat faktor medis, yaitu
gangguan yang diakibatkan kelainan fungsi otak
maupun akibat kelainan alat-alat bicara. Kedua akibat faktor lingkungan sosial seperti tersisih atau
terisolasi dari lingkungan kehidupan masyarakat.
Kemampuan
berbahasa seorang anak dapat dikatakan baik apabila pemerolehan bahasanya
silakukan dengan baik dan berkembang. Setiap anak akan melewati tahap
pemerolehan bahasa agar bahasa yang diperolehnya dapat digunakannya dalam
kehidupan sehari-hari. Bahasa dapat digunakan anak untuk berkomunikasi dengan
orang-orang dilingkungannya. Selain itu, bahasa juga digunakan anak untuk
mengungkapkan maksud pikirannya.
Anak
yang lahir dengan normal akan melewati tahap pemerolehan bahasa dengan baik dan
sesuai dengan perkembangannya. Mereka tidak akan membutuhkan waktu yang lama
untuk melewati tahap pemerolehan bahasa. Anak normal juga tidak membutuhkan
bimbingan khusus dari tenaga pengajar untuk melewatinya karena adanya
keseimbangan kinerja otak kiri dan otak kanan yang tidak mengalami gangguan.
Pada
usia 9 tahun, anak normal sudah dapat berbahasa dengan struktur bahasa
kompleks. Kalimat yang dihasilkannya merupakan kalimat yang sudah komplit,
seperti Aku sangat kagum dengan Ayah
karena Beliau seorang pekerja keras. Anak yang lahir normal juga dapat
menyusun kalimat dengan menggunakan konjungsi, afiksasi, pelengkap, dan
keterangan. Pemaknaannya tentang sesuatupun sudah mulai luas. Anak normal yang
berusia 9 tahun tidak hanya memaknai sesuatu yang berada di sekitarnya saja
tapi juga memaknai sesuatu yang berada di luar lingkunganya, seperti dia mengetahui untuk sampai ke bulan itu
kita dapat menaiki roket.
Anak
yang menderita gangguan otak baik gangguan akibat faktor medis atau gangguan karena
kelainan fungsi otak juga melewati tahap pemerolehan bahasa. Akan tetapi,
pemerolehan bahasa pada anak tidak normal akan berjalan lambat dan sesuai
dengan perkembanganya. Selain itu, juga memerlukan bimbingan atau pembelajaran
khusus dan latihan yang teratur sehingga anak melewati pemerolehan bahasa yang
baik. Sehingga dengan pembelajaran tersebut anak penderita afasia dapat
berbahasa dengan baik.
Gangguan
akibat kelainan fungsi otak dapat berupa gangguan pada hemisfer kiri atau
hemisfer kanan dari otak. Gangguan pada otak inilah yang membuat anak mengalami
hambatan dalam berbahasa dan menghasilkan kalimat. Otak anak yang pertama kali
berkembang adalah hemisfer kiri. Hemisfer kiri berfungsi untuk mengatur sel-sel
ujaran. Hemisfer kanan tidak digunakan untuk membentuk ide-ide tetapi siap
melaksanakan tugas apabila hemisfer kiri tidak dapat melaksanakan tugas,
misalnya luka (Pateda, 1990:74).
Afasia
merupakan salah satu contoh gangguan otak. Umunya afasia muncul bila otak kiri
terganggu. Otak kiri bagian depan berperan untuk kelancaran menuturkan isi
pikiran dalam bahasa dengan baik dan otak kiri bagian belakang untuk mengerti
bagian bahasa yang didengar dari lawan bicara. Anak penderita afasia dapat
mengalami gangguan berbicara, memahami sesuatu, membaca, menulis, dan berhitung.
Tapi bukan berarti anak penderita afasia tidak dapat memperoleh bahasa dan
melewati tahap-tahap pemerolehan bahasa seperti pemerolehan semantic,
pemerolehan fonoligi, dan pemerolehan sintaksis. Anak penderita afasia akan
melewati tahap pemerolehan bahasa tersebut dengan membutuhkan pembelajaran dan
bimbingan yang menghabiskan waktu lama dan latihan secara teratur.
B.
Fokus
Masalah
Secara
umum, terdapat tiga aspek perkembangan bahasa yakni; fonologi, sintaksis, dan
semantik. Fokus masalah penelitian ini adalah penggunaa bahasa anak penderita
afasia ditinjau dari segi sintaksis.
C.
Perumusan
Masalah
Perumusan
masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah penggunaa bahasa anak penderita
afasia ditinjau dari segi sintaksis?”
D.
Tujuan
Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaa bahasa anak penderita
afasia ditinjau dari segi sintaksis.
E.
Manfaat
Penelitian
Hasil
penelitian ini diharap dapat bermanfaat bagi: (1) orang tua, khususnya orang
tua yang memilliki anak penderita afasia; (2) masyarakat (khalayak ramai)
sebagai penambah pengetahuan bahwasannya anak penyandang afasia itu bukan autis
atau idiot melainkan anak yang mengalami gangguan berbahasa atau keterlambatan
berbahasa, agar tidak terjadi kesenjangan sosial antara masyarakat yang sering
mengkategorikan setiap anak cacat itu adalah idiot; (3) mahasiswa, dalam
menambah pengetahuan dan kajian linguistik, khususnya si bidang psikolinguistik;
(4) peneliti sendiri agar dapat menambah pengetahuan peneliti di lapangan; (5)
dalam bidang pendidikan, penelitian ini bermanfaat umumnya bagi sekolah yang
mengadakan kelas inklus dan khususnya bagi para guru yang mengajar di kelas
inklus sebagai bahan reverensi dalam proses belajar mengajar.
UNTUK mendapatkan file contoh proposal di atas bab 1 sampai bab 3 silahkan kirim inbox Anda ke sini https://www.facebook.com/orion.nadeea
Tidak ada komentar:
Posting Komentar