Sabtu, 22 Februari 2014

Kritik Sastra: Krisis Iman dalam Datang dan Perginya

Sebuah analisis nilai agama dan nilai kemanusiaan
Suatu dilema yang tragik antara memilih norma agama dan nilai kemanusian. Tokoh ayah dipecundangi oleh perasaannya sendiri. Sikap pengecut yang hadir dalam diri tokoh ayah adalah bentuk apresiasi Navis dalam sindiran terhadap tokoh agama. Orang yang paham dengan agama malah menjadi orang begok dan buta hati. Hanya satu ketidaksengajaan ketika takdir membawanya pada suatu pilihan yang menyebabkan terjadinya krisis iman dalam diri tokoh ayah. Betapa bejat moral seorang tokoh ayah dalam cerpen datangnya dan perginya membiarkan sebuah kehidupan menjadi satu keluarga dalam ikatan pernikahan yang dilandasi oleh perkawinan sedarah. Dalam kasus ini AA Navis memang sengaja membiarkan cerita berakhir dalam sebuah ending yang kaku, ceritanya tidak diselesaikan.  Dan saya menyatakan ini Suatu penyampaian yang jahat melecehkan agama, tokoh ayah memang sengaja membiarkan anaknya kawin sedarah. Seharusnya ia (ayah) mengatakan yang sebenarnya. Bukan malah menjadi pengecut, Takut mengambil resiko antara kebahagian anak dan dosa kepada Tuhan. Tapi walau demikian penggambaran watak yang ekstrim justru datang dari Iyah, mantan istrinya yang rela menanggung beban dosa seperti problematika yang dihadapi manusia sekarang. Dalam anggapan sekarang bahwa urusan dosa adalah urusan akhirat. Kalau masalah yang menyangkut tentang dunia harus diselesaikan di dunia. Suatu pertimbangan yang bodoh. Tindakan yang mengenyampingkan nilai-nilai agama. Dan sepertinya nilai manusia sangat dijunjung tinggi dari pada nilai agama. Membeli sebuah kebahagian dengan dosa yang mungkin tak terampuni. Ini sangat tidak adil. Hal yang sebenarnya bisa diselesaikan malah menjadi suatu dilema yang tak kunjung terselesaikan.
  Dalam krisis diri yang dialami tokoh ayah ia tidak mampu menyadarkan Iyah yang terang-terang telah mengajaknya melakukan kejahatan. Kejahatan dalam agama. Dosa seakan hanya ketakutan dalam diri saja. Dan malah sebaliknya membiarkan dirinya terjerumus kedalam dosa besar. Suatu sikap yang tidak konsisten, seorang yang mengerti agama dan tahu akan perbuatan dosa malah membiarkan dirinya tertarik dalam dosa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Privacy Policy

 <h1>Privacy Policy for Ujung Pena Secuil Tinta</h1> <p>At Ujung Pena Secuil Tinta, accessible from https://wigisutrisno.b...