BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterampilan berbahasa
mempunyai empat komponen yaitu, keterampilan menyimak, keterampilan
berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan
itu erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang
beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya melalui suatu
hubungan urutan yang teratur, mulanya belajar menyimak, kemudian berbicara,
membaca dan menulis. Keempat keterampilan itu pada dasarnya merupakan suatu
kesatuan catur tunggal.
Selanjutnya setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses berfikir yang mendasari bahasa. Bahasa seorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Ini berarti pula sistem pembelajaran bahasa berubah sehingga perlu pemahaman dan penanganan yang serius, disamping perubahan pendekatan itu sendiri menuntut implementasi secara hirarkis, dalam arti bahwa pendekatan memerlukan metode, kemudian metode diimplementasikan dalam bentuk teknik. Demikian juga terhadap komponen-komponen lain seperti pemanfaatan model pendidikan dalam sistem pembelajaran.
Selanjutnya setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses berfikir yang mendasari bahasa. Bahasa seorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Ini berarti pula sistem pembelajaran bahasa berubah sehingga perlu pemahaman dan penanganan yang serius, disamping perubahan pendekatan itu sendiri menuntut implementasi secara hirarkis, dalam arti bahwa pendekatan memerlukan metode, kemudian metode diimplementasikan dalam bentuk teknik. Demikian juga terhadap komponen-komponen lain seperti pemanfaatan model pendidikan dalam sistem pembelajaran.
Pada umumnya guru
pendidikan bahasa Indonesia menggunakan model mengajar secara konvensional,
yaitu guru lebih banyak mengajarkan teori-teori, dengan model pembelajarn yang
monoton dimana siswa hanya mendengarkan,
mencatat. Dalam proses belajar mengajar seperti itu hanya akan melahirkan
manusia terdidik dengan intelektual statis dan kurang kreatif. Guru perlu
menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat memberikan semangat baru bagi
anak-anak agar dapat lebih kreatif lagi, yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran sebagai alat bantu mengajar sehingga perubahan yang diinginkan
pada siswa dapat tercapai. Kemampuan dalam mengembangkan model-model
pembelajaran membantu guru dalam mengembangkan cara belajar yang inofatif,
memilih model pembelajaran yang mendidik, mengorganisasikan model pembelajaran
baik dalam tahap perencanaan maupun pelaksanaan adalah penting dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan.
Melihat peningkatan
mutu pendidikan, maka penggunaan model pembelajaran d tidaklah usah diragukan
lagi. Kerena merupakan suatu alternatif yang harus ditempuh bila menginginkan
daya serap tinggi dan mutu pendidikan yang memadai. Guru harus memiliki
kompetensi mengajar dan mendidik yang kreatif, dan cukup waktu untuk menekuni
tugas profesionalnya, yang mampu meningkatkan mutu pendidikan.
Tugas seorang guru
adalah berusaha untuk mengembangkan kreativitas anak didiknya. Masalah yang
sering kali dihadapi guru adalah bagaimanakah cara agar siswa lebih mudah dan
cepat menerima pelajaran. Dengan demikian seorang guru harus lebih kreatif,
misalnya dapat dimulai dengan cara-cara yang bisa mengajarkan murid ikut serta
dan lebih aktif dalam kegiatan belajar sampai memanfatkan model-model
pembelajaran yang ada. hal semacam itulah yang dapat mengembangkan
kekreativitasan seorang anak didik dan guru. Pembelajaran menulis narasi di
Kota Padang belum mampu meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam
pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menulis. Salah satu model
yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menulis siswa tersebut adalah
model pembelajaran Critical
Discourse Analysis (CDA)
atau lebih
dikenal dengan analisis wacana kritis(
AWK).Pengguanaan Model Pembelajan dengan menggunakan model CDA/AWK adalah suatu
upaya yang diharapkan mampu merangsang pola pikir, wawasan dan penalaran
siswa.model pembelajarn CDA/AWK merupakan salah satu model pembelajaran yang
mampu merangsang daya kritis pemikiran siswa dalam mengembangkan ide-ide
tulisan dan mamapu berapresisasi. Dengan model pembelajaran CD/AWK siswa diharapkan
terpadu di dalam mengembangkan pemikiran nya secara kritis dan analisi.model
CDA/AWK tidak lagi asing bagi siswa bagi
siswa yang kritis dalam membaca novel atau cerita narasi lainnya.Maka peneliti
akan berusaha memanfaatkan model pembelajaran CDA/AWK sebagai model
pembalajarna menulis. Pemanfaatan tentunya akan mampu menjadi sarana
meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam pembalajaran bahasa Indonesia
terutama dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa. Adapun judul yang
peneliti ambil adalah Pengaruh penggunaa
model
Critical Discourse Analysis (CDA) atau analisis wacana
kritis dalam pembelajaran membaca terhadap kemampuan menulis narasi siswa kelas
XI Sma 5 Negeri Padang.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah dapat di identifikasikan masalah dalam proses pembelajaran
menulis narasi,pertama,bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis narasi
melalui model pembelajaran Discourse
Analysis (CDA)
/analisis
wacana kritis( AWK)?. Kedua, Bagaimanakah peningkatan kemampua menulis
narasi siswa kelas XI Sma Negeri 5 Padang ditinjau dari segi kelengkapan isi
karangan setelah menggunakan model pembelajaran CDA/AWK dalam
pembelajaran?ketiga, Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis narasi siswa
kelas XI Sma Negeri 5 Padang ditinjau dari segi ejaan dan tanda baca setelah
menggunakan model pembelajaran CDA/AWK di dalam pembelajaran?
C.
Pembatasan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah tersebut, permasalahan penelitian ini dibatasi pada
Pengaruh penggunaa model Critical Discourse
Analysis (CDA)
atau analisis wacana kritis dalam pembelajaran
membaca terhadap kemampuan menulis narasi siswa kelas XI Sma 5 Negeri Padang.
D. Perumusan Masalah
kemampuan Berdasarkan
batasan masalah tersebut, rumusan masalah penelitian ini ada tiga
pertama,bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis narasi melalui model
pembelajaran Discourse
Analysis (CDA)
/analisis
wacana kritis( AWK)?. Kedua, Bagaimanakah peningkatan kemampua menulis
narasi siswa kelas XI SMA Negeri 5 Padang ditinjau dari segi kelengkapan isi
karangan setelah menggunakan model pembelajaran CDA/AWK dalam
pembelajaran?ketiga, Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis narasi siswa
kelas XI Sma 5 Negeri
Padang ditinjau dari segi ejaan dan tanda baca setelah menggunakan model
pembelajaran CDA/AWK di dalam pembelajaran.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, dikemukakan tujuan penelitian sebagai berikut. Pertama meningkatkan kemapuan menulis narasi
melalui model pembelajaran CDA/AWK siswa kelas XI Sma 5 Negeri Padang.kedua
menjelaskan kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas XI Sma Negeri 5 Padang,Ketiga,
menganalisis hubungan kemampuan menulis
karangan narasi dengan menggunakan model pembelajaran CDA/AWK.
F. Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan.
Pertama, guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia , khususnya guru kelas
XI Sma Negeri 5 Padang, sebagai informasi dalam merancang pembelajaran dalam
menulis karangan narasi. Kedua, siswa
kelas XI Sma Negeri 5 Padang, sebagai informasi untuk mempelajari keterampilan
menulis karangan narasi dengan menggunakan model pembelajaran CDA/AWK. Ketiga,
bagi peneliti, sebagai bahan kajian akademik dan pengetahuan lapangan.
UNTUK mendapatkan file contoh proposal di atas bab 1 sampai bab 3 silahkan kirim inbox Anda ke sini https://www.facebook.com/orion.nadeea
Tidak ada komentar:
Posting Komentar